Pagi setelah aku mendapat tlp dari
seorang teman ku sebut saja
dia”A”,dia mengabarkan bahwa bulan
ini dia mengajak bertemu karena ada
masalah yang harus di
selesaikan,biasa dia adalah sohipku
karena keretakan rumah tangga
yang sering menderunya aku sebagai
sarana pelepas penat untuk
curhat.Teman ku adalah cewek
berumur 24 tahun,ortunya yang
sangat diktator menyebabkan dia
kawin muda.Singkat cerita akhirnya
aku menolak ajakan bertemu sebab
aku ada acara untuk holiday ke
surabaya,aku bilang ke dia”lain kali
saja,akhirnya aku sepakat dengan
tidak mengecewakan dia aku
sengaja janji setelah pulang dari
surabaya nanti aku pasti
menemuinya.Apa kabar sobat
ceritadewasaseks.com perkenalkan
dulu Namaku Doni, aku tinggal di
kota K. Tanggal 22 Mei 1999 yang lalu
aku pergi ke Surabaya untuk liburan,
sambil refreshinglah. Setelah
berputar-putar sebentar, sorenya aku
menuju rumah temanku yang sudah
sangat akrab di kawasan DK.
Keluarganya sudah sangat akrab
dengan keluargaku, sudah seperti
satu keluarga sejak aku lahir. Di
rumah ini ada Mas Zani yang
umurnya 22 tahun, adiknya (cewek,
masih SMU), sepupunya (cewek
sudah sekitar 23 tahun), dan tentu
saja kedua orang tua mereka. Hari
itu biasa saja, tidak ada something
spesial yang terjadi.
Keesokan harinya, Mas Zani
mengajakku pergi makan dan jalan-
jalan di mall. Eh.., ternyata dia
mengajak ceweknya. Ternyata
ceweknya ini kost cuma sekitar 300
meter dari rumah Mas Zani. Namanya
Yeni tapi panggilannya Yeyen.
Anaknya cakep juga, masih kuliah,
umurnya 21 tahun. Kulitnya putih
kekuningan meskipun keturunan
Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm,
beratnya 46 kg, tapi pinggulnya
cukup besar, bodinya asyik juga, dan
payudaranya lebih besar dari rata-
rata cewek Indonesia. So, dengan
mobil Panther itu Mas Zani dan Yeyen
duduk berdua di depan sedangkan
aku yang duduk di bagian tengah
dicuekin oleh mereka. Kami berputar-
putar di Tunjungan Plaza, makan di
sebuah restoran sea food sampai
kenyang lalu kembali lagi ke tempat
kos Yeyen.
Lalu setelah mobil diparkir, kami
bertiga masuk ke tempat kosnya dan
langsung masuk kamarnya. Hmm..,
sempat terpikir olehku, sebenarnya
itu tempat kos cewek atau cowok,
soalnya ada beberapa ciban (banci)
yang nongkrong di situ. Di dalam
kamar Yeyen, aku disetelin sebuah
VCD porno, sambil diberi coklat Silver
Queen, sementara Mas Zani dan
Yeyen bermesraan berdua, berciuman
dan bercumbu. Ah.., aku juga sempat
berkenalan dengan adik Yeyen yang
bernama Lenny, yang mondar-mandir
keluar masuk kamar.
Lenny bertubuh lebih pendek dari
Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan
bodinya lebih langsing, cuma
sayangnya payudara dan pantatnya
juga lebih “tidak menantang”
dibandingkan Yeyen. Cuma yang
lebih disayangkan lagi Lenny seorang
perokok berat dan hari itu dia sedang
sakit tenggorokan. Setelah selesai
menyetel VCD-nya sampai 45 menit
non-stop, Aku matikan TV dan
playernya. Eh, tiba-tiba Mas Zani
nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5
menit, dong..?”
Aku sudah mulai merasakan gelagat
kurang baik dari pasangan itu. Tapi
ya terpaksa, aku melenggang keluar
kamar, tapi baru sampai di pintu, aku
lihat di ruang tamu banyak ciban
yang lagi ngobrol dengan Lenny
sambil merokok. kemudian akupun
kembali ke kamar Yeyen.
Lalu aku berkata, “Ah tidak usah
dech, aku di sini saja, lagi tidak mood
ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin
saja deh, aku tidak ngeliat”.
Terus terang saja Mas Zani kaget,
“Heh! Kon ‘jik cilik ngono
kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok).
Kesel juga aku dibilang masih kecil.
Lalu aku berusaha meyakinkan
mereka, “Jangan kuatir lah.., aku
sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa
perdebatan ringan dan berkat
kelihaianku berdiplomasi mereka
mengijinkan juga aku untuk di dalam
kamar saja, tapi dengan syarat aku
tidak boleh macam-macam apalagi
melaporkan ke orang tuanya. Setelah
pintu kukunci, aku cuma bersandar
saja di pintu dengan perasaan
gembira.
Mas Zani lalu tidur telentang di
ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di
atasnya dan menciumi wajah Mas
Zani, sedangkan Mas Zani cuma diam
saja, matanya merem, tangannya
mengusap-usap punggung Yeyen.
Sesekali Yeyen melihat ke arahku,
mungkin memeriksa apakah aku
mulai terangsang, dan memang
benar aku terangsang. Dan juga
melihat gerakan Yeyen yang
kelihatannya sudah “professional”
dan ciuman-ciumannya yang ganas
seperti di film BF, sepertinya Yeyen ini
bukan pertama kalinya making love.
Yeyen mulai menciumi Mas Zani
langsung ke mulutnya, dan beberapa
kali mereka bersilat lidah dan terlihat
jelas karena jarakku dan jarak
mereka berdua cuma sekitar 3 meter.
“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka
berciuman sambil mendesah-desah,
membuatku yang sejak tadi sudah
tegang memikirkan hal yang tidak-
tidak jadi semakin tegang saja.
Setelah puas melumat bibir dan lidah
Mas Zani, Yeyen mulai bergerak ke
bawah, menciumi dagunya, lalu
lehernya. Mas Zani ketika itu
mengenakan T-Shirt yang di bagian
kerahnya cuma ada dua kancing, so
karena Mas Zani terlalu besar
badannya (gemuk) maka Yeyen
cuma menyingkapkannya dari bawah
lalu menciumi dadanya yang montok
dan putih. Mas Zani ini memang WNI
Keturunan Cina.
“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”,
begitu rintihan Mas Zani. Yeyen
menciuminya kadang cepat, lalu
lambat, cepat lagi, memang
sepertinya begitu style anak yang
satu ini. Sedangkan aku semakin
tidak tahan saja, kepingin juga
dadaku diciumin oleh cewek, uhh..,
tapi aku masih menahan diri dan
terus menempel pada pintu.
“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Zani
terus mendesah sementara Yeyen
mulai menciumi perutnya, lalu
pusarnya, sesekali Mas Zani berteriak
kecil kegelian. Karena aku sangat
terangsang, aku mulai meraba-raba
diriku sendiri. “Sialan!” pikirku,
“Ngapain juga gitu ahh..
Akhirnya Yeyen mulai membuka
risleting Mas Zani, pertamanya pelan
sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik
dengan cepat sekali sehingga Mas
Zani kaget, matanya terbuka
sebentar, lalu tersenyum dan merem
kembali, sedangkan kedua
tangannya mengelus-elus rambut
Yeyen. Yeyen langsung memegang-
megang kemaluan Mas Zani dan
digosok-gosok dengan tangannya
dari luar, “Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh
Yenn..”, Mas Zani cuma bisa
mendesah. Lalu setelah puas
menggosoknya dari luar, dia mulai
menyingkap celana dalam Mas Zani
dan tersembullah kemaluan Mas Zani
yang sudah tegang keluar dari
sarangnya.
“Nylupp!”, Kemaluan Mas Zani
langsung dikulum oleh Yeyen.
Stylenya masih seperti tadi, kadang
pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu
cepat, bikin kaget saja ini anak main
seksnya. Sementara Mas Zani sibuk
meremas-remas rambut Yeyen
saking enaknya, aku yang tidak
kuasa menahan nafsu sibuk
meremas-remas kemaluanku sendiri
sambil tetap bersadar di pintu. Ahh..,
aku benar-benar merasa serba salah
waktu itu, dan mereka tidak
mengacuhkanku sama sekali. Dasar..,
Yang membuataku nyaris tertawa
karena kemaluan Mas Zani yang
sepertinya keseretan gara-gara
Yeyen tidak melepaskan celana
dalam Mas Zani terlalu ke bawah,
jadi seperti tercekik dech.
“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5
menit Yeyen mengulum kemaluan
Mas Zani, ternyata selama itu juga
dia belum keluar sama sekali, Yeyen
bilang, “Zan.., sekarang giliran kamu
yach?” Mas Zani cuma tersenyum,
lalu dia bangkit sambil melepaskan
celana panjang dan celana dalamnya,
sedangkan Yeyen sekarang yang
ganti tiduran, lalu memejamkan
mata. Sedangkan aku benar-benar
kebingungan dan tidak tahu mau
berbuat apa, aku benar-benar pingin
buka baju dan join dengan mereka
tapi ahh.., kacau sekali pikiranku
ketika itu.
Mas Zani mulai melakukan persis apa
yang dia lakukan ke Yeyen
sebelumnya. Nyaris persis sama, aku
sampai heran apa memang sudah
janjian ya mereka. Mas Zani mulai
mencium bibir Yeyen, cuma Mas Zani
menciumnya dengan stabil, pelan
terus, berbeda dengan Yeyen yang
style seksnya aku akui lumayan unik.
“Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas
Zani sepertinya tidak profesional, cara
menciumnya walau pelan, terlalu
tergesa menuju ke bawah. Yeyen
mencoba melepaskan t-shirt Mas
Zani, lalu Mas Zani langsung
melepasnya dan meletakkan di
sebelahnya. Mas Zanipun mulai
menciumi leher Yeyen. Sementara
tangannya meraba-raba payudara
Yeyen yang aduhai, “Hmhmhhm..,
Hmhmhmh..” Mereka berdua terus
mendesah keenakan. Aduh,
pemandangan yang cukup
menggelikan sekaligus
menggairahkan itu benar-benar
membuatku kewalahan pada diriku
sendiri, diam-diam aku mulai
melepaskan t-shirt yang kupakai dan
menggerayangi tubuhku sendiri.
Mas Zani mulai tidak sabar dan
langsung mencopoti kancing demi
kancing yang ada di kemeja yang
dikenakan Yeyen. Tersembullah
payudara Yeyen yang begitu aduhai,
putih mulus sekali seperti payudara
Chinese, Yeyen segera mengangkat
punggungnya, lalu Mas Zani
mencopot kancing BH-nya yang
berwarna krem. Wah.., payudara
Yeyen benar-benar besar dan
menggairahkan dengan puting
susunya yang tebal dan berwarna
coklat tua. “Ahh.., Hmm.., Hmm..”,
Mereka berdua saling melenguh
setiap kali Mas Zani memainkan
lidahnya di atas payudara dan puting
susu Yeyen.
“Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas
melumat puting susu Yeyen
bergantian, Mas Zani akhirnya
menjilati perut Yeyen dan ingin
melepaskan roknya. Yeyen
mengangkat pantatnya, lalu Mas Zani
membuka risleting roknya dan pelan-
pelan melepaskan rok yang dipakai
Yeyen. Setelah sampai di lutut, Mas
Zani berhenti dan langsung menciumi
kemaluan Yeyen yang masih tertutup
celana dalam itu dengan cepat dan
ganas.
“Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengerang dan
mendesah keras keenakan. Aku yang
sejak tadi terangsang menjadi
semakin terangsang mendengar
desahan Yeyen yang sangat
menggairahkan, membuatku tidak
tahan dan mulai memegangi
kemaluanku sendiri, menggesek-
gesekkannya dengan tanganku.
Akhirnya Mas Zani melepaskan
celana dalam Yeyen dan langsung
menciumi kemaluannya dengan
ganas sekali. Rambut di kemaluan
Yeyen cukup tipis, sehingga
memudahkan Mas Zani menjilatinya
sepuasnya. Sesekali kudengar
“Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Zani
suka sekali menyedot kemaluan
Yeyen. “Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak
Zan..”, desahan Yeyen semakin keras
saja karena merasa nikmat, seakan
tidak peduli kalau terdengar orang di
luar.
Tidak berapa lama kemudian, Mas
Zani berhenti lalu bertanya, “Yen,
boleh sekarang?” Sambil tetap
merem, Yeyen cuma tersenyum dan
mengangguk.
“Pelan-pelan yach..”
www.ceritakita.hexat.com
, bisik Yeyen
mesra. Kemudian Mas Zani
memasukkan penisnya ke dalam
kemaluan Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”,
Sedikit kesulitan yang mereka
hadapi, sekarang Mas Zani sudah
mulai asyik menggesek-gesekkan
penisnya dalam vagina Yeyen.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka
berdua saling mendesah sambil terus
melanjutkan permainannya. Yeyen
masih tetap dengan stylenya, kadang
menarikan pinggulnya pelan-pelan,
lalu cepat, pelan lagi.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Zani
memaju-mundurkan badannya pelan-
pelan sedangkan Yeyen asyik
menggoyang-goyangkan pinggulnya
dengan tempo yang tidak beraturan.
Aku jadi semakin tidak tahan melihat
apa yang mereka lakukan, aku
segera berjalan menuju kamar
mandi, langsung kulepas celana
panjang dan celana dalamku dan
kugesek-gesek kemaluanku sendiri
cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku
mendesah-desah kecil dengan apa
yang kulakukan terhadap diriku
sendiri. Lalu.., “aahh..”, Aku orgasme,
spermaku semuanya terjatuh di
lantai kamar mandi. Tubuhku rasanya
nikmat sekali beberapa saat, lalu
terasa lemas dan sepertinya aku
merasa bersalah telah
melakukannya. Aku segera
menyiram ceceran sperma di lantai
kamar mandi, melepas seluruh
bajuku dan mandi.
Setelah segar, aku hampir tidak
percaya waktu keluar ternyata
mereka masih saja bermesraan
bersetubuh. Aku langsung berjalan
keluar kamar, sedangkan mereka
tidak menghiraukanku sama sekali,
benar-benar gila..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di
ruang tamu sambil ngobrol dengan
Lenny dan teman-temannya yang
kebetulan ciban semua. Mereka
menawariku rokok tapi aku tolak.
Setelah beberapa menit melakukan
percakapan yang membosankan dan
bikin mual, aku cuek saja dan asyik
melihat TV, sambil menunggu Mas
Zani dan Yeyen selesai melakukan
aktivitasnya. Menit demi menit
berlalu, gila.., lama sekali.
Sekitar satu jam kemudian,
muncullah mereka berdua dari pintu
kamar Yeyen.
“Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka
begituan. Mas Zani dan Yeyen
tersenyum geli pertama kali
melihatku, mungkin mereka
menganggap tingkahku di dalam
kamar tadi lucu, lalu Mas Zani
bertanya.
“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa
celana renang tuch..”, jawabku agak
kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa
pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech..,
Setelah berpamitan, Mas Zani dan
aku pulang. Di rumah kami langsung
mempersiapkan segala kebutuhan
renangnya.
Jam menunjukkan sekitar pukul
16.30, kami bersiap pergi. Tepat
waktu Mas Zani hendak menyalakan
mobil, ada suara teriakan.
Ternyata sepupu Mas Zani, “Mobilnya
mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Zani. Terus
akhirnya Mas Zani telepon taksi,
beberapa menit kemudian datang,
lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu
untuk menjemput Yeyen. Eh,
ternyata tidak hanya Yeyen yang
ikut, tapi adiknya, Lenny, diajak serta.
Aku tanya pada Lenny, “Lho, kok
kamu ikut, katanya sakit
tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin
Yeyen nich..” jawabnya enteng. Wah,
nekat juga ini anak, pikirku.
Taksi kami langsung meluncur ke
Graha Residen, di sana ada kolam
renangnya yang cukup besar dan
ramai, termasuk para turis. Yeyen,
Lenny, dan aku yang belum bisa
berenang cuma berputar-putar saja di
pinggiran, sedangkan Mas Zani
berkelana ke sana ke mari dengan
bebasnya.
Waktu ada kesempatan, aku tanya
pada Mas Zani soal Yeyen. Ternyata
dia baru kenal Yeyen dua minggu,
dan pertemuan pertamanya di kolam
renang. Seminggu kemudian mereka
langsung pacaran, lalu besoknya
mereka melakukan hubungan badan.
Mas Zani baru pertama kali itu
bersenggama, sedangkan Yeyen
sepertinya sudah berkali-kali, soalnya
kata Mas Zani, Yeyen sudah tidak
perawan lagi.
Mas Zani juga bilang, “Kata Yeyen
tuh si Lenny masih perawan, dianya
agak menyesal juga pacaran sama
Yeyen, bukan sama Lenny yang
masih perawan”.
Aku sempat ngobrol juga sama
Lenny, yang sepertinya cuma
bersandar saja di pinggiran. Sekitar
jam 19.00 kami selesai renang dalam
keadaan menggigil kedinginan, lalu
setelah itu memanggil taksi Zebra,
karena entah kenapa, Graha Residen
hanya menyediakan taksi Zebra.
Tidak kuduga, ternyata taksinya lama
sekali datangnya, kami ngobrol-
ngobrol lama juga. Mas Zani asyik
ngobrol dengan Yeyen, sedangkan
Lenny yang kelihatannya dicuekin
mulai kuajak ngobrol.
Ternyata Lenny ini masih SMU kelas 2. Selain suka rokok, katanya dia
juga suka minuman keras. Hmm, aku
jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan..,free seks.
Tapi aku tidak.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,